Xabi Alonso Angkat Suara: ‘Saya Tak Hilang, Saya Melangkah Maju’

Xabi Alonso Angkat Suara: ‘Saya Tak Hilang, Saya Melangkah Maju’
Sabtu sore di Mainz menandai akhir dari sebuah era di Bayer 04 Leverkusen. Ketika peluit akhir berbunyi di OPEL Arena, itu bukan hanya penutupan musim yang gemilang, tetapi juga penutup karier Xabi Alonso sebagai pelatih kepala klub Jerman tersebut. Dalam kurun waktu yang relatif singkat, pelatih asal Spanyol ini telah meninggalkan warisan mendalam yang tak akan mudah dilupakan di Rhineland. lgodewa
Mengambil alih posisi kepelatihan pada Oktober 2022, Xabi Alonso menghadapi tugas besar: membentuk kembali identitas Bayer Leverkusen dan membawa mereka bersaing di level tertinggi. Tugas itu berhasil dijalankan dengan luar biasa. Di bawah arahannya, klub ini menorehkan pencapaian bersejarah: meraih gelar Bundesliga pertama mereka, memenangkan DFB Pokal, dan mengangkat Piala Super Jerman, semuanya dalam satu musim kompetisi.
Xabi Alonso tidak hanya membangun sebuah tim yang menang, tetapi juga mengembangkan gaya bermain yang menyatu antara intensitas taktis dan eksekusi teknis. Dengan pendekatan modern yang menggabungkan presisi posisi dengan fleksibilitas menyerang, Leverkusen tampil sebagai kekuatan dominan di sepak bola Jerman dan menjadi sorotan di kancah Eropa. Kombinasi antara pengalaman Eropa Alonso dan pemahaman mendalam tentang dinamika ruang lapangan menjadikan Leverkusen sebagai tim yang tak hanya efektif, tetapi juga memikat secara estetika.
Namun di balik kesuksesan itu, perubahan tak terelakkan. Setelah membimbing tim ke puncak prestasi domestik, Alonso bersiap melangkah ke tantangan berikutnya: kembali ke klub lamanya, Real Madrid, kini dalam kapasitas sebagai pelatih kepala. Kepindahan ini sudah lama diprediksi, namun tetap menghadirkan nuansa emosional, baik bagi Alonso maupun seluruh ekosistem Leverkusen.
Alonso Ucapakan Terimakasih Kepada Klub
Selama konferensi pers terakhirnya di BayArena, Alonso menunjukkan rasa terima kasih mendalam kepada klub, pemain, dan para penggemar. Meski tetap tenang, suasana emosional terasa jelas dalam setiap pernyataan yang ia sampaikan. Baginya, waktu yang dihabiskan di Leverkusen bukan sekadar periode kerja, tetapi pengalaman hidup yang membentuk dan memperkaya perjalanannya sebagai seorang pelatih dan pribadi.
Tak hanya aspek profesional yang dikenangnya. Kehidupan di Düsseldorf, interaksi dengan masyarakat lokal, dan bahkan rutinitas sederhana seperti lari pagi di sepanjang Sungai Rhine menjadi bagian dari kenangan yang ia bawa pulang ke Spanyol. Di tengah popularitas dan tekanan yang menyertai kariernya, Alonso menunjukkan sisi manusiawi yang hangat dan membumi.
Dalam membentuk skuad Leverkusen, Alonso memainkan peran penting dalam mengembangkan dan menyeimbangkan bakat. Di bawah arahannya, pemain-pemain seperti Jeremie Frimpong dan Jonathan Tah mengalami peningkatan performa yang signifikan. Namun, seperti dirinya, banyak dari para pemain kunci Leverkusen juga tengah berada di persimpangan jalan. Tah disebut-sebut akan bergabung dengan Bayern Munich, sementara Frimpong dikaitkan erat dengan Liverpool FC. Masa depan skuad juara ini kemungkinan besar akan mengalami perubahan besar dalam beberapa bulan mendatang.
Bangun Fondasi Kokoh Bayern Leverkusen
Meskipun demikian, fondasi yang dibangun Alonso meninggalkan cetak biru strategis bagi pelatih penerusnya. Budaya kerja keras, struktur organisasi yang solid, dan filosofi bermain yang jelas telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas Leverkusen era baru. Bahkan setelah kepergian pelatihnya, klub memiliki landasan kuat untuk terus bersaing di level tertinggi.
Perjalanan Alonso di Leverkusen adalah bukti bahwa pendekatan modern dalam manajemen tim bisa menyatu dengan nilai-nilai klasik dalam sepak bola: kedisiplinan, dedikasi, dan koneksi personal. Dari ruang ganti hingga ruang konferensi pers, ia membuktikan bahwa kepemimpinan tidak melulu soal kemenangan, tetapi juga tentang bagaimana membawa dampak positif dalam setiap aspek yang disentuh.
Kini, dengan mengemas trofi dan kenangan dari Jerman, Alonso bersiap membuka babak baru di Santiago Bernabéu. Tantangan yang lebih besar menantinya di Madrid, klub yang pernah ia bela sebagai pemain dan kini akan ia pimpin dari sisi lapangan. Namun sebelum melangkah ke sana, ia meninggalkan jejak dalam sejarah Bayer 04, jejak yang akan diingat sebagai era keemasan, dan sebagai momen di mana Leverkusen bukan hanya menjadi pemenang, tetapi simbol dari sepak bola progresif.
Di akhir perjalanannya bersama Die Werkself, Alonso tidak menghilang. Ia melangkah maju, dengan kepala tegak, hati penuh syukur, dan masa depan yang kembali mengarah ke panggung tertinggi sepak bola Eropa.