Ruben Amorim dan Penyesalan di Old Trafford: Tantangan Berat

Ruben Amorim dan Penyesalan di Old Trafford: Tantangan Berat di Tengah Tekanan Besar
Pelatih muda asal Portugal, Ruben Amorim, sejak ditunjuk LGOLUX sebagai pengganti Ten Hag, dihadapkan dengan banyak tantangan. Meski sempat membawa tim meraih dua kemenangan beruntun atas Rangers dan Fulham, catatan keseluruhan yang ditorehkan MU di bawah asuhan Amorim tidaklah memuaskan. Football Transfers melaporkan bahwa Bruno Fernandes dan rekan-rekannya kalah tujuh kali dalam 16 pertandingan yang dilakoni sejak kedatangan pelatih berusia 39 tahun itu.
Hasil tersebut semakin memperburuk posisi MU yang kini berada di peringkat ke-12 klasemen sementara Premier League dengan 29 poin dari 23 pertandingan. Mereka tertinggal 12 angka dari Manchester City di zona empat besar, menambah kesulitan yang dihadapi Amorim dalam mengangkat performa tim.
Kehadiran Amorim yang diharapkan dapat membawa perubahan positif ternyata tidak memberikan dampak signifikan. Tugas berat yang diembannya untuk membangkitkan tim yang sedang terpuruk semakin terasa semakin rumit seiring berjalannya waktu. Tidak sedikit pihak yang mulai mempertanyakan keputusan klub dan pelatih muda ini untuk menerima tantangan besar di salah satu klub terbesar dunia. Ruben Amorim dan Penyesalan
Merson Ragukan Amorim di MU: Terlalu Muda untuk Beban Setan Merah
Paul Merson, mantan gelandang Arsenal, memberikan pandangan yang cukup tajam terkait situasi yang dihadapi Amorim. Merson percaya bahwa sang pelatih mungkin merasa tertekan dengan ekspektasi tinggi yang ada di Manchester United. Melalui Sky Sports, ia mengatakan kalau pria ini baru berusia 39 tahun, masih muda di dunia manajemen. Dia sukses besar di Portugal, namun langkahnya untuk bergabung dengan salah satu klub terbesar dunia ini mungkin terasa terlalu cepat, dengan beban yang begitu besar.
Merson menyebut bahwa meskipun Manchester United adalah salah satu klub terbesar di dunia, mereka tidak lagi berada di jajaran tim terbaik dunia saat ini. Menurutnya sejauh ini, MU bukanlah tim terbaik di dunia, meski mereka masih salah satu klub terbesar. Dan Amorim mungkin merasa kesulitan dalam menjalani pekerjaan ini.
Amorim Ngamuk! Sebut MU Tim Terburuk Sepanjang Sejarah
Frustrasi Amorim semakin terlihat jelas saat ia mengungkapkan perasaan kecewa mendalam setelah kekalahan timnya dari Brighton and Hove Albion pada Januari 2025. Dalam wawancara usai pertandingan, Amorim dengan tegas mengatakan, kalau tim terburuk sepanjang sejarah adalah Manchester United. Pernyataan ini menjadi gambaran dari betapa tertekannya dirinya sebagai pelatih yang merasa kesulitan membangkitkan tim.
Ia juga menyatakan kalau merasa kesulitan untuk menjelaskannya, tetapi harus mengakui kenyataan ini dan tidak mengabaikan masalah. Semua pemain di skuad Manchester United, memiliki kinerja buruk, apa pun situasinya.
Pernyataan ini menggarisbawahi ketidakpuasan Amorim terhadap kinerja timnya yang kerap kali gagal memenuhi harapan. Keputusan-keputusan yang diambilnya di lapangan tidak menghasilkan perubahan signifikan, bahkan skuad yang ia tangani tampak kehilangan arah dan semangat juang.
Tekanan Besar dan Ekspektasi Tinggi Hancurkan Karir Amorim di MU
Menangani klub sebesar Manchester United memang selalu penuh tantangan. Namun, apa yang dihadapi Amorim jauh lebih buruk. Klub yang dulunya sangat dominan ini kini menghadapi krisis identitas, terutama setelah ditinggalkan oleh pelatih-pelatih besar sebelumnya. Skuad yang dimilikinya saat ini tampak jauh dari kata solid, dan Amorim tak bisa menutupi kenyataan bahwa performa tim sangat jauh dari ekspektasi.
Keputusan untuk menggantikan Erik ten Hag, meskipun membawa potensi besar, ternyata bukanlah langkah yang mudah bagi pelatih muda tersebut. Di usia 39 tahun, Amorim menghadapi tantangan besar yang tidak hanya mencakup aspek teknis, tetapi juga mental. Tekanan untuk meraih kemenangan di setiap pertandingan, ditambah ekspektasi tinggi yang datang dengan status MU sebagai salah satu klub terbesar dunia, tampaknya mulai memengaruhi kestabilan tim. Dan saat ini, dengan peringkat ke-12 di Premier League dan performa yang terus menurun, membuat Ruben Amorim semakin putus asa.